Malam ini bulan temaram terlihat sedikit tertutup ranting-ranting pohon gundul. Bau menyengat tertiup angin. Oh apa ini?? Tanyaku dalam hati. Samar-samar terdengar burung hantu lirih membuatku merinding teringat kejadian tahun lalu. Kutepis jauh-jauh rasa takutku. Mata terpejam untuk menjemput pagiku yang cerah. Entah kenapa …apa yang aku pikirkan.Tidak tahu. Kringgg…Kringgg…HP jadul Nokia berbunyi. Hu..Huhhh siapa malam-malam telpon. Dengan agak malas kuangkat telpon itu. “Assalamu Alaikum?” suara besar terdengar lelaki tak kukenal. “Walaikum salam?” jawabku. “Dinda, jangan lupa besok laporan ditaruh meja, saya akan keluar kota,”! perintah lelaki itu. Dengan spontan kujawab,” maaf ya..aku bukan dinda, salah alamat.” Langsung kututup nokia jadul itu. Sesaat senyum sendiri ..lucu juga. Wanita jomblo kayak aku ditelpon malam-malam. Seperti biasa kulantunkan doa pengantar tidur yang sudah diajarkan ibu sejak kecil. “Bismikallah Humma ahya wabismika amuut.” Ya Allah berilah mimpi yang indah dalam tidurku.
Sayup-sayup adzan subuh berkumandang sangattt merdu. Astagfirullah aku kesiangan. Gara-gara penelpon nyasar tidak sholat tahajud. Menyesal sekali seperti kehilangan waktu bertemu dengan sang kekasih. Segera wudhu dan sholat subuh. “Aisyah…tumben kamu tadi bangun jam segini nak?”Tanya Ibu.” Iya …ada tugas yang harus diselesaikan tadi malam,”Jawabku malas.”Biar aku aja yang masak bu,”sambil kurangkul ibuku sayang.” Alhamdulillah..sholihah ibuk,pas ini tadi ibu mau nyiapin sayuran yang mau dijual ke pasar.” Jawab ibu bergegas keluar rumah. Segera ku racik bumbu untuk lauk dan sayur. Layaknya koki restoran dengan cekatan kumasak semuanya. He..he enggak tahu rasanya gimana masakan itu. Semoga cocok di lidah ibu dan bapak. Ibu adalah seorang petani sedangkan ayah juga turunan petani. Tapi Alhamdulillah aku diangkat sebagai pegawai negara karena kecerdasan yang diperoleh sejak lahir.Semua juga berkat doa ibu. Sungguh beruntung mempunyai orang tua seperti mereka. Dengan semangat membara kukayuh motor jadul menyusuri jalan desa yang ramai lalu lalang anak-anak brangkat sekolah, petani yang pergi ke sawah ladang. Dalam waktu 15 menit sudah sampai di kantor. “Assalamu Alaikum bu guru,” sapa anak-anak. “Walaikum salam wr wb,”jawabku dengan senyum ceria. Terlihat teman-teman satu persatu datang dan mengambil posisi masing-masing. Tett..teeett..Teeet jam masuk kelas berbunyi. Segera bergegaslah aku memulai pelajaran. Wajah-wajah tegang terlihat didepanku, hemm..kasihan mereka ketakutan menatapku. Sebenarnya ada apa dengan diri ini? Dalam hati tertawa sendiri. Mereka takut dengan pelajaranku apalagi gurunya yang super galak. Yach…aku terkenal guru galak, disiplin, dan pelit nilai. Oh ya hari ini jadwalnya menghafal kosakata. Waktupun berjalan tidak terasa jam istirahat bunyi tett…tett..tett. Berhamburanlah mereka keluar kelas.
Kursi pojok tempat paling nyaman untuk istirahatku siang ini. Apapun kulakukan dipojok itu. Makan, koreksi tugas, baca Koran dan lain-lain. Bukan berarti aku tidak punya teman kerja. Banyak sih..Cuma ngitu sih karena umur terlampau jauh, boleh dikata pegawai termuda sehingga kalau cerita kadang nggak nyambung. He..he mereka selalu bicarakan suami dan anak. Sedangkan aku masih jomblo yang entah sampai kapan berakhir. Kringggg…kringg HP jadulku tiba-tiba berbunyi dengan nomor tak kukenal. ‘’Assalamu Alaikum,’’ suara itu. ‘’Walaikum salam, siapa ini?” tanyaku dengan pelan. ‘’ Maaf mbak..saya yang kemarin malam telpon mbak..saya boleh kenalan pa gk?’’ Tanya orang itu. ‘’Kenalkan mbak, namaku Budi rumah Kalimantan lahir di kota mbak,’’ jawab orang itu. ‘’ ya gk papa tapi jangan macam-macam ya… panggil aja Aisyah,’’jawabku agak malas. ‘’Maaf ya..ini waktunya pulang Assalamu Alaikum,’’kututup HPku. Semoga orang itu tidak nelpon lagi.
Hari-hari kulalui dengan hidup penasaran. Hubungan yang misterius sudah terjalin antara dua insan yang berbeda tanpa tahu bentuk fisiknya seperti apa. Dunia maya sungguh aneh. Tapi entah kenapa tresno jalaran soko kulina semakin hari dihati ini tumbuh benih-benih yang aneh. Hidupku semakin semangat menjalani kegiatan. Kadang aku juga suka menyendiri di kamar.Suatu saat ibu bertanya kapan aku menikah. ‘’Dhuk jangan terlalu lama jomblo, pikirkan juga masa depanmu.Ibu semakin lama semakin tua ingin sekali menimang cucu yang lucu,’’Kata Ibu. ‘’ Ibu..ada sih yang mau ke sini, tapi ibu setuju apa enggak,’’Tanyaku.’’Ke sini…siapa dhuk?rumahnya mana?’’anak siapa?’’tanya ibu. ‘’Aku belum tahu rumahnya, tapi lahirnya di sini juga.Cuma merantau ke luar kota sukses juga kok buk,’’ Kataku. Ibu nggak setuju kalau kamu nikah dengan orang jauh..tahu sendiri kan kamu anak bungsu harus disini nunggui bapak ibuk,’’ kata Ibu. Aduhhh…badan rasanya lemas kalau ibu berkata seperti itu. Aku harus bagaimana?? Kalut hati dan pikiranku. Alah tidur aja. Tapi mata terpejam pikiran tidak mau terpejam. Tergiang-ngiang kata ibu.
Hari Minggu adalah hari yang menyenangkan aku bisa bersantai bersama ibu ke sawah dan ke pasar jualan sayur. Walaupun aku pegawai tapi sungguh menyenangkan bisa bergaul dengan penjual sayuran di pasar. Dengan begini aku bisa merasakan orang desa yang sesungguhnya mencari uang yang tak sebarapa tapi rasanya bahagia. Hasil jerih payah bercocok tanam selama beberapa bulan bisa menikmati hasil panen. Seperti biasa ibu aku bonceng pulang setelah dagangan habis terjual. Sampai di rumah dihampiri mbak Siti ‘’Dik tadi ada dua orang mencari kamu dan ibu, naik mobil kasihan satu jaman menunggu di sini,’’ kata mbak Siti. ‘’ Oh ya.. siapa mbak namanya,’’tanyaku penuh selidik. ‘’Aduh, lupa tadi gk nanya,’’ katanya minggu depan ke sini lagi,’’ kata mbak Siti. Kemudian mbak Siti segera bergegas pergi karena anaknya nangis.
Brakk, brakkk …suara sapu dibanting dengan keras di dapur. ‘’Pokoknya Ibu tidak setuju kamu berhubungan dengan orang yang tidak jelas asal usulnya,’’ kemarahan Ibu memuncak. Ternyata begini rasanya hubungan yang tidak disetujui orang tua. Aku gk berani bilang ke mas Budi. Rasanya dunia gelap gulita. Segera kuguyur badanku dengan air dingin. Tapi rasanya panas sekujur tubuh ini. Ya Allah…apa dayaku. Haruskah kukorbankan seluruh harapanku untuk ibuku. Berilah aku kekuatan. Deras air membasahi pipi ini.
Sebulan ini sudah kunonaktifkan telponku. Pupus sudah harapanku. Demi Birul Walidain demi doa seorang ibu yang telah melahirkanku dengan penuh kasih sayang. Kuputuskan hubungan dengan mas Budi. Semoga kau yang di sana bahagia dengan orang lain yang lebih baik dariku.semua pesan email yang selama ini kugunakan untuk berkirim kabar aku hapus.’’ Aisyah..Aisyah.. sini,’’ tangan mbak Siti melambai ke arahku. ‘’Ada apa mbak,’’tanyaku. ‘’Tadi ada laki-laki mencarimu.. orangnya tinggi berseragam angkatan laut biru-biru. Katanya ingin bertemu ibu bapakmu. Tapi rumahmu tutup. Sedang kamu masih di kantor,’’ kata mbak Siti. Jantungku berdegup kencang.. oh mas Budikah?? Tapi biarlah suatu saat juga akan melupakan aku. Aku tidak mau disebut anak durhaka.Toh aku juga sudah dijodohkan dengan seseorang pilihan orangtuaku. Biarlah kuraih surga itu. Doa Ibu adalah segalanya bagiku.
Seperti disambar petir di siang bolong. Terdengar kabar kalau mas Budi masuk rumah sakit karena suatu kecelakaan. Ingin kuraih tangannya,kugenggam dan kudoakan semoga berumur panjang . Tapi terhalang oleh jarak yang sangat jauhhhh sekali. Tak seorangpun bisa membantuku. Ya Allah..Berilah kekuatan kepadaku kepada mas Budiku untuk kuat menjalani kehidupan yang tak seharusnya terjadi. Terkadang aku bermimpi bertemu sosok lelaki yang bersinar mendekatiku tapi tak bisa kuraih. Kringggg…Kringgg HPku yang kuaktifkan tadi berbunyi sangat keras. Oh..mas Budi telpon. Kuharus bagaimana???? Segera kumatikan lagi. Sempat kutulis pesan bahwa hubungan kita tidak bisa dilanjutkan. Demi Birul Walidain terhadap orangtuaku. Selamat tinggal kekasih mayaku. Semoga nanti bisa bertemu di surga Allah. Biarlah kita lalui hidup di dunia kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar